Berdasarkan pembacaan dan kajian terhadap beberapa buku sejarah sastra Indonesia, tampak bahwa buku-buku tersebut masih memiliki kecenderungan bias gender. Buku-buku tersebut tampak mengabaikan karya, kreativitas, keberadaan para pengarang perempuan. Artinya, masih diperlukan penulisan sejarah sastra yang berperspektif gender.
Sejarah sastra yang tidak hanya mencatat perkembangan berbagai genre dan fenomena sastra, tetapi juga sejarah sastra yang memberikan porsi yang adil dalam mencatat, menganalisis, dan memberikan tempat, tidak hanya pada kegiatan sastra para sastrawan laki-laki, tetapi juga para sastrawan perempuan, serta memahami bagaimana relasi gender yang terefleksi dalam karya-karya sastra tersebut. Di samping disusun kurang mempertimbangkan aspek gender, buku-buku sejarah sastra tersebut, dalam perspektif teori feminis, dapat dikategori sebagai produk ilmu pengetahuan male stream (“arus laki-laki”) dengan epistemologi modern sebagai “cara laki-laki mengetahui”.
Oleh karena itu, saatnyalah sekarang disusun sejarah sastra yang berperspektif gender, yaitu sejarah sastra yang menggunakan epistemologi sudut pandang feminis.
Download
Posting Komentar